Sastra Melayu Lama

KATA PENGANTAR

Banyak daripada sastra Melayu tergolong dalam genre tradisional yang muncul dalam zaman sebelum berkembangnya tradisi tulisan pencetakan. Puisi dalam Bahasa Melayu larut dalam jiwa masyarakat Melayu tidak hanya sebagai satu hasil kesenian, tetapi juga mengjangkau alam mistik, berperanan sebagai wadah pemeliharaan adat, pembinaan sahsiah, pengajaran agama, pengajaran ilmu pengasih, pertahanan, hiburan, dan kepercayaan.
Oleh karena itu kami akan membahas beberapa Sastra Melayu. Pantun, Mantra, Seloka, dan Bidal itulah yang akan kami jelaskan di makalah ini. Mudah-mudahan dengan diangkatnya judul ini dapat menambah wawasan kita mengenai sastra melayu. Kami tahu makalah ini kurang sempurna oleh karena itu jika ada kesalahan mohon maaf sebesar-besarnya. Terima Kasih, Selamat Mengarungi Dunia Sastra !!!



PENULIS



Bab 1
Pengertian Pantun, Mantra, Seloka, Dan Bidal

 Pantun
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pantun adalah puisi Indonesia (melayu), tiap (kuplet) biasanya terdiri dari empat baris yang bersajak (a-b-a-b) tiap larik biasanya terdiri atas 4 kata, baris pertama untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi. Menurut informasi, pantun berasal daripada perkataan Bahasa Sansekerta “paribahasa” atau Bahasa Jawa “parik” yang berartii “pari” atau peribahasa dalam Bahasa Melayu.

 Mantra
Istilah mantera berasal daripada kata mantra, mantr, atau matar, dalam Bahasa Sanskrit yang bermaksud nyanyian memuja tuhan atau pemujaan penyebutan kata-kata tertentu bagi memperolehi sesuatu yang dihajatkan yang mempunyai kesamaan dengan jampi serapah, tawar, sembuh, cuca, puja, dan takal. Keakraban masyarakat Melayu silam dengan alam sekitar mendorong kepada timbulnya kepercayaan-kepercayaan bahawa alam sekitar mempunyai pengaruh dan kuasa yang menentukan sesuatu perkara dalam kehidupan mereka. Kepercayaan ini berkait rapat dengan pengaruh animisme yang diwarisi secara turun-temurun. Dari situ timbullah unsur-unsur kuasa magis seperti semangat dan roh yang dianggap sebagai memberi kesan kepada sesuatu perkara yang dihajati secara langsung kepada unsur-unsur magis tersebut. Pawang atau bomoh adalah ahli-ahli penting yang menguasai dan mengamalkan mantera. Mereka membaca mantera dengan nada, irama, dan tekanan suara yang tertentu sesuai dengan tujuan perbomohan atau sesuatu perkara yang dihajati.

Mantera tergolong dalam kelompok puisi, kerana pengucapan dalam bentuk mantera menggunakan kata-kata yang tersusun dalam bentuk rangkap, mempunyai makna yang tersirat, bahasa yang padat puitis. Mantera boleh digolongkan sebagai sejenia puisi Melayu tradisional berbentuk bebas, kerana tidak terikat kepada jumlah baris yang sama dalam satu-satu rangkap, manakala rima askihrnya pula tidak tetap.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mantra adalah perkataan yang berunsur puisi yang dianggap menggandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.

 Seloka
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, seloka adalah jenis pantun yang mengandung ajaran (sindiran dan sebagainya) biasanya terdiri atas 4 larik yang berirama a-a-a-a, yang mengandung sampiran dan isi.

 Bidal
Bidal diartikan sebagai peribahasa atau pepatah yang mengandung nasihat, peringatan, sindiran, dan sebagainya. bidal biasanya berupa kalimat singkat yang memiliki makna kiasan atau figuratif yang bertujuan menangkis, menyanggah, atau menyindir. Pengungkapan pikiran dan perasaan demikian tidak secara langsung, tapi dengan sindiran, ibarat, dan perbandingan. Dilihat dari bentuknya, bidal tergolong dalam puisi lama. Alasannya bentuk bidal yang singkat atau tidak sepanjang prosa.
Sebagai referensi tambahan bidal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah peribahasa atau pepatah yang mengandung nasihat, peringatan, sindiran dan sebaginya.










Bab II
Contoh Pantun, Mantra, Seloka Dan Bidal

 Pantun
1. Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati

2. Ibuku membawa bunga seruni
Membuat mataku jadi melek
Sungguh sakit mataku ini
Melihat tulisanmu yang sangat jelek

3. Ketemu cewek matamu melek
Bagaikan semut ketemu gula
Sungguh enak jadi orang jelek
Ketemu teman sering dicela

4. Dua tiga pisang batu
Membuat monyet berkesan
Sungguh bagus suaramu itu
Membuatku jatuh pingsan

5. Si Tina dan Tini berjalan-jalan
Banyak yang mengira mereka kembar
Mengapa Superman dan Batman
Celana dalamnya diluar ?

6. Ada pepaya ada mentimun
Ada mangga ada salak
Daripada duduk melamun
Mari kita membaca saja

 Mantra
1. Puja Padi:
Seri Dangomala, Seri Dangomali!
Hendak kirim anak sembilan bulan;
Segala inang, segala pengasuh;
Jangan beri sakit, jangan beri demam,
Jangan beri ngilu dan pening;
Kecil menjadi besar;
Tua menjadi muda;
Yang tak kejap diperkejapkan;
Yang tak sama dipersamakan;
Yang tak tinggi dipertinggikan;
Hijau seperti air laut;
Tinggi seperti bukit Kaf

2. Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

 Seloka
1. Sudah bertemu kasih sayang
Duduk terkurung malam siang
Hingga setapak tiada renggang
Tulang sendi habis berguncang

2. Baik budi emak si Randang
Dagang lalu ditanakkan
Tiada berkayu rumah diruntuhkan
Anak pulang kelaparan
Anak dipangku diletakkan
Kera dihutan disusui
3. Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan

Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan

4. Bunga melur cempaka biru,
Bunga rampai di dalam puan,
Tujuh malam semalam rindu,
Belum sampai pemuda tuan.

Bunga rampai di dalam puan,
Ruku-ruku dari peringgit
Belum sampai pemuda tuan
Rindu saya bukan sedikit

 Bidal
Bidal terbagi atas beberapa bagian, yaitu :
1. Peribahasa
 Bagai api dengan asap artinya utuh dan tidak bisa bercerai lagi/selalu bersama-sama.
 Bagai kerbau dicocok hidungnya artinya tidak ada pendirian/selalu mengekor kepada orang lain.
 Bagai mencincang air artinya melakukan perbuatan yang sia-sia.
 Bahasa menunjukkan bangsa artinya tabiat seseorang dapat dari cara mereka bertutur kata.
 Bagai padi makin berisi makin merunduk artinya semakin tinggi ilmunya semakin rendah hatinya.
 Bagai air titik ke batu artinya sukar sekali memberikan wejangan/nasihat kepada orang jahat.

2. Pepatah
 Hancur badan dikandung tanah, budi baik dikenang jua artinya budi baik seseorang itu jangan dilupakan.

3. Perumpamaan
 Seperti kera mendapat bunga artinya orang yang tidak tahu/tidak dapat menghargai barang yang berguna.
 Bagai ayam bertelur di padi artinya seseorang yang menginginkan hidup yang bergelimang kesenangan dan kemewahan harta.
 Bagai anjing beranak enam artinya orang yang sangat kurus perawakannya.
 Bagai kucing lepas senja artinya sangat senang hingga lupa pulang.
 Bagai pintu tak terpasak, perahu tak berkemudi artinya sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya di kemudian hari.

4. Pameo
 Gantungkan cita-citamu setinggi bintang artinya agar kita tidak pesimis dan berusaha untuk mencapai cita-cita itu.
 Belakang parang pun akan tajam bila diasah terus-menerus artinya betapapun bodohnya seseorang dapat diubah menjadi pintar bila ia belajar dengan sungguh-sungguh.

5. Ungkapan
 Tebal muka artinya tidak mempunyai malu
 Panjang tangan artinya suka mengambil barang milik orang lain (suka mencuri)
 Kopi Pahit artinya mendapat teguran
 Sesat akal artinya hilang akal atau gila
 kaki tangan artinya anak buah atau pesuruh

1 komentar:

Jika ada pertanyaan atau sanggahan, teman-teman bisa mengisi kotak komentar ini. Mari budayakan berkomentar. Selain baik untuk blog sobat, baik juga untuk kesehatan kita :D