Selalu rindu suasana rumah, berkumpul bersama keluarga adalah hal yang sangat jarang yang aku alami. Aku ingin selayaknya anak usia sekolah lainnya yang berangkat sekolah pada pagi hari dengan senyuman dari orang tua tapi,itu tsdak akan mungkin terjadi. Dari SMP samapai saat ini di usia sekolah SMA aku harus merasakan suka dan dukanya hidup di asrama bersama dengan teman-teman yang lain. Tapi, inilah aku Mega Syamsurya anak bungsu dari dua bersaudara dan banyak nama yang biasa orang panggilkan padaku. Suka dan duka hidup di sekolah dengan lingkungan asrama sebagi tempat tinggal membuatku harus mandiri dan tabah serta sabar dalam menghadapi semua tantangan yang ada dalam hidup, termasuk duka jauh dari sahabat baik demi kebahagian seorang sahabat yang ujungnya sungguh sangat menyakitkan.
“Anggy…………..!!!” Panggilku pada seorang sahabat terdekatku dari luar asrama, kupanggil berulang kali karena waktu sudah menunjjukkan jam 03:40 a.m. itu berarti bimbingan sore ini akan segera dimulai. Tak lama setelah itu Anggy keluar
dengan beberapa buku matematika di tangannya, itu karena bimbingan hari ini adalah matematika. Bimbingan yang cukup menyenagkan, dan yang memgajar adalah salah satu guru favoritku di sekolah SMP yang sangat aku banggakan. Kami di tugaskan mengerjakan tugas yang ada pada buku detik-detik ujian nasional SMP dan tidak lama lagi aku akan meninggalkan sekolah SMP tercintaku ini, tapi saat guruku mulai mengecek kehadiran siswa yang hadir dua diantara teman laki-lakiku Haris dan Fathur ternyata belum hadir dan saat guruku menanyai temanku Akbar yang merupakan salah satu teman akrab dari Fathur dan Haris dan kata Akbar Haris dan Fathur masih tidur. Akbarpun di perintahkan untuk memanggilkan mereka berdua. Setelah mereka datang kami satu kelas tertawa karena mereka datang dan belum cuci muka.
Tidak lama setelah itu teman sebangkuku Mira memberiku kertas yang katanya dari Anggy. Dan di kertas itu Anggy memintaku untuk tinggal di kelas setelah jam pelajaran usai, tak seperti biasanya Anggy memintaku untuk tinggal di ruang kelas setelah jam pelajaran usai dan itu membuat jam pelajaran menjadi begitu sangat lama karena, pesan dari Anggy membuatku menjadi sangat penasaran karena hal ini tidak terjadi seperti biasanya. Jam pelajaranpun usai dan itu membuatku sedikit lega.
Setelah guruku keluar dari ruangan dan beberapa tamanku juga sudah keluar akupun menghampiri tempat duduk Anggy dan mambantunya merapikan beberapa bukunnya yang masih berantakan. Setelah selesai merapikan bukunya Anggy
mulai bicara dan akupun duduk di lantai dan mulai mendengarnya bicara, dan tak pernah tarpikir dalam benakku bahwa yang Anggy bicarakan adalah antara aku dan Lutfhi seorang sahabat laki-lakiku dulu. Mungkin orang banyak yang berpikir apa maksud dari sahabat dulu, ini hanyalah masalah kecemburuan saja antara kedekatanku dengan sahabatku itu Lutfhi tapi, menurutku itu hal yang wajar saja karena aku dan Lutfi sudah kenal dan akrab saat pertama masuk di SMP sampai kelas dua SMP semester dua. Karena saat itu awal Anggy sahabat terdekatku mulai memiliki rasa sayang ke sahabatku Lutfhi dan sebagai sahabat yang baik akupun membantu hubungan mereka hingga akhirnya Anggy jadian sama Lutfhi dan mulai saat itu kedekatanku dan Lutfhi mulai renggang hingga suatu hari saat sudah menginjjakkan kaki di kelas tiga SMP Anggy memintaku untuk jauh dari Lutfhi dan aku menghargainya dan mulai saat itu aku dan Lutfhi manjadi sangat jarang bicara hingga akhirnnya tidak sama sekali dalam beberapa minggu.
Banyak orang bertanya-tanya dengan apa yang terjadi antara aku dan Lutfhi hingga akhirnya kami tidak saling bicara. Dan entah apa yang membuat Anggy mengizinkanaku kembali bicara sama Lutfhi hingga aku dan Lutfhi sering bicara lagi meski tidak seakrab dulu lagi.
Dan tidak kusangka saat itu Anggy mengatakan hal terburuk yang dia katakan dalam hidupnya. Anggy bilang dari awal jam pelajaran bimbingan di mulai sampai selesai Lutfhi selalu saja memandangiku tanpa aku sadari tapi, hal itu tak mungkin terjadi karena, antar aku dan Lutfhi tidak ada hubungan apa-apa dan mungkin saja yang Anggy liat hanya kebetulan saja saat dia melihat Lutfhi, Lutfhi malah meliha kepadaku.
Anggy terus mengataka hal-hal bodoh dari mulutnya, Anggy mulai mengacau dan aku terus berusaha membutnya tenag dan menyakinkannya bahwa antar aku dan Lutfhi tidak ada hubungan apa-apa dan tidak mungkin Lutfhi suka sama aku karena, kami akrab hanya sebatas sahabat yang tidak akan lebih.
Anggy mulai meronta dan meneteskan air matanya dan kuhanya terus mayakinkanya hingga akhirnya Lutfhi masuk kedalam kelas dan mendapati Anggy menangis dan aku yan duduk tersengkur pada lantai dengan mata yang berkaca-kaca. Dan saat Lutfhi mulai bartanya apa yang sedang terjadi akupun lari keluar kelas dan menuju asrama dengan air mata yang tidak bisa tertahankan lagi.
Sampai di asrama aku tidak tahu harus bagaimana dan terus berfikir apa yang sekarang Anggy katakan pada Lutfhi di kelas, air mataku mulai berjatuhan dan beberapa teman dan juniorku mulai bertanya apa yang sedang terhjadi dan apa yang membuatku menangis dan hal itu membuatku tambah pusing, hingga akhirnya aku putuskan untuk ke WC agar bisa menangis dengan puas dan tak ada lagi yang bisa menanyaiku tentang apa yang sedang terjadi.
Kunyalakan keran air dan kududuk di lantai WC dan sandar di dindingnya, aku tidak peduli pakainanku basah yang ada dalam pikiranku hanyalah bagaiiman caraku meyakinkan Anggy. Tidak lama saat aku mengis di WC kudengar Anggy datang dan memanggil namaku tapi, aku tidak menjawab. Anggy mulai bertanya pada beberapa temanku di mana keberadaanku hingga akhirnya kudengar salah seorang juniorku berkata padanya bahwa aku berda di dalam WC. Anggy kemudian datang dan mulai memgedor-gedor pintu WC dan aku tidak bisa membukanya karena aku tidak mampu melihat mukanya.
Anngy tidak menyerah dia melakukan berbagai cara dan aku mulai kebigungan karena saat itu juga darah mimisan dari hidungku mulai keluar. Aku mencoba membersihkannya dengan air tapi, darahnya masih saja terus keluar. Anggy mulai memberonta memaksaku membuka pintu WC hingga akhirnya beberapa temanku datang dan memintaku membuka pintu WC. Kudengar suara temanku dari luar dan suara tangisan Anggy yang mulai terdengar dengan sagat jelas dan suara panggilannya yang dari tadi kuhirauakan begitu saja.
Kubersihkan lagi darah yang terus keluar dari hidungku dan setelah cukup bersih kubuka pintu WC dalam keadaan menagis tersedu dan pakain serta tubuhklu basah semua. Saat kubuka pintu kudapati babarapa temanku berdiri di depan pintu dan tak lupu dari pandanganku wajah cantik sahabatku Anggy dengan air mata yang terurai di pipinya. Tak sempat kuberkata apa-apa Anggy sudah memeluk erat tubuhku dan terdengar jalas dari mulutnya permintaan maaf darinya untukku dan aku juga minta maaf padanya.
Hingga akhirnya temanku Suci menyadari bahwa darah mulai lagi keluar dari hidungku, Anggypun membawaku kekamar dan mulai membersihakan darah yang terus keluar dari hidungku anggy juga mengeringakan tubuhku yang mulai kedinginan degan handuk. Saat itu kuminta temanku dan juniorku keluar dari kamar karena, aku ingin berdua saja dengan Anngy. Serempak semua keluar dan hanya da aku dan Anggy di dalam kamar.
Anggy masih sibuk megurus hidungku yang terus mengeluarkan darah hingga akhirnya kuambil obatku dan meminumnya dan menyumbat hidungku dengan tissue. Kumulai pembicaraan dengan meminta maaf dan Anggy kembali menagis dan meminta maaf juga. Kuterus mencoba meyakinkanya bahwa antara aku dan Lutfhi tidak ada yang sedang terjadi. Hingga akhirnya Anggy mulai yakin dan kuputuskan untuk tidak bicara pada Lutfhi meski Anggy melarangku.
Adzan magrib terdengar dan aku memutuskan untuk salat di asrama karena kepalaku masih sangat sakit akibat mimisan, kuminta Anggy untuk berganti pakaian karena pakaiannya basah karena pelukanku dan akupun diminta oleh Anggy untuk berganti pakaian. Setelah berganti pakaian aku dan Anggy salat bersama di dalam kamar.
Semenjak kejadian itu aku dan Anggy semakin dekat dan hubunganku dan Lutfhi sudah sangat rengga hingga aku dan Lutfhi tidak pernah lagi bicara dalam waktu kurang lebih 4 bulan. Awal aku mulai bicara dengan Lutfhi adala saat aku di pastikan lulus di sekolah SMA ku saat ini. Lutfhi menghubungiku melalui telepon dan mengigatkanku akan cita-cita kami untuk tetap bersekolah pada sekolah SMA yang sama yakni di SMA Malino. Tapi, semua telah terjadi kini aku, Anggy dan Lutfhi semua beda sekolah dan menurut kabar yang aku dengar dari Lutfhi dia dan Anggy sudah putus.Aku merindukan kenangan bersama mereka,bersama dua sahabat terbaik dalam hidupku.
saya ijin copas ke blog temen saya. saya akan nambahin "credit" biar ga melanggar hak cipta. terima kasih :)
BalasHapus