Mentari pagi membiaskan cahayanya menembus horden kaca jendela kamarku yang transparan. Mentari seakan memeaksaku untuk bangun dan memintaku beraktivitas seperti biasanya. Tapi ah,tepisku! Aku malas beraktivitas pagi ini lagian ini kan hari minggu weekend gito loh jadi gak papakan kalau sekali-sekali memanjakan diri sebagai wujud pembalasan dari aktivitas selama hari-hari sebelumnya. Kupejamkan mataku kembali tapi sinar mataahari seakan memaksaku untuk membuka kelopak mataku kuambil bantal lalu kupakai menutup kepalaku kemudian menyusup kedalam selimut.
Tapi sayangnya rasa kantukku sudah hilang yang ada hanya rasa malas yang membelenggu dalam jiwa. Akupun menerawang dalam pikiranku sendiri mencoba mengingat-ngingat sesuatu tiba-tiba aku tersentak, “Oh My God! Akukan punya tugas bahasa Indonesia membuat cerpen yang harus dikumpul besok,aduh gimana nich?” Keluhku. Disuruh mengarang atau menulis adalah suatu kelemahan bagiku aku tidak pandai dalam hal itu. Aku lebih senang menjadi seorang reader, membaca hasil karya orang dan mengaguminya jika ceritanya seru dan mengkritiknya jika karyanya hanya seperti mengutip karya orang lain. Setelah itu kupaksakan badanku bergerak,kuregangkan otot-ototku seperti anak kucing yang sering kulihat meregangkan otot-ototnya pas bangun. Tapi rasa malas tetap saja ada, ya itulah aku suka mengulur-ngulur waktu, suatu kebiasaan buruk yang mesti, kudu, wajib di basmi dari dalam diriku. Secara tugas itu sudah diberikan guru Bahasa Indonesiaku seminggu yang lalu namun baru hari ini aku ingin mengerjakannya, Huh betapa malasnya aku ini! Tapi kuingat beberapa hari yang lalu aku sudah berniat mengerjakannya cuma gara-gara mood yang timbul lenyap akhirnya nihil hasilnya.
Akupun beranjak dari tempat tidur setelah peregangan yang kulakukan tadi, aku berjalan gontai menuju kamar mandi sambil menjingjing peralatan mandi, kulihat Nisa teman sekamarku baru saja selesai mandi sedikit cekikikan melihatku, aku langsung nanya “ Woi napa kamu, liatin aku kayak gitu? Mang ada yang aneh? Semburku kesal. Sekarang Nisa tidak hanya cekikikan tapi tertawa lepas, bebas plus ngakak. Beberapa detik kemudian akhirnya ketawanya meredah juga “ sorry Wan, aku nggak bermaksud untuk nyinggung kamu (aku termasuk tipe orang yang high level sensnya) tapi rambut kamu ituloh, hahaha. Dia ngakak lagi “ Emangnya ada apa dengan rambutku? Aku bertanya heran minus khawatir...eh ralat plus khawatir maksudnya. Nisa masih asyik dengan ngakaknya.”Nisa,udah dong jangan over ketawanya entar ada jin lewat terus nyambet kamu gimana? Mending sekarang kamu ngasi tau aku ada apa dengan rambutku, apa ada kutunya yang segede kingkong tapi rasanya aku bukan peternak dech dan suatu kebanggan karena aku nggak pernah panen yang namanya mahluk hidup diatas kepala. Masih tersengkal-sengkal nahan ketawa akhirnya Nisa ngomong juga” Wan aku Cuma mau bilang rambut kamu itu mirip tumpukan jerami yang acak-acakan gak karuan udah gitu ujungnya mirip ekor bebek pula lucu banget, hahaha...dianya ngakak lagi lalu menambah acak-acakan rambutku. “ Kayak tumpukan jerami terus ujungnya kayak ekor bebek? Oekkk....! gumamku dalam hati. Setelah itu dengan dagu yang sedikit terangkat aku nuturin “Nisa kamu nggak tau yach kalo style rambut yang kaya gini tuch sekarang trend 2010, kamu pasti irikan gak punya style rambut orijinal kayak rambutku ini.” Sedikit menyombongkan diri tapi aku orangnya low profil kok (narsis hehehe). Nisa berlalu sambil berkata “seingatku itu style rambut tahun 70an dech, tapi gak apa-apa juga kok Wan style rambut kamu itu langka lagi jadi patut dilestariin biar gak punah. “Emangnya rambutku binatang langka apa yang patut di lestariin segala, Hm.. anak bio mang suka over kalo bicara.” Ketusku dalam hati.
Lima belas menit kemudian acara mandi-mandiku selesai penuh khidmat (emangnya upacara?). tapi sekind mentang-mentang ujung rambutku mirip ekor bebek tapi bukan berarti kalo aku mandi kayak bebek juga yang pertama harus berenang kesana- dimari dulu. Setelah itu kurapikan tempat tidurku dan kutemukan selembar kertas puisi dibawah kasurku pemberian someone special for me. Tiba-tiba aku teringat dia pernah mengatakan tipsnya dia menulis puisi untukku. Dia hanya menulis lepas, semua yang ada difikirannya, setelah itu baru mengeditnnya untuk kesempurnaan lebih lanjut dan taukah dari situ aku mendapatkan sedikit ide untuk nulis cerpen. Dalam hati aku berkata “makasih yach Fi....(sensor) udah ngasi aku inspirasi.”
Setelah itu mulai kunyalakan laptopku dan membuka lembar kerja MS. Word dan mencoba mengetik sesutu tapi aku masih bingung kira-kira temanya yang tepat apa yach terus alirannya juga apa? Situasi yang sulit bagiku. Kemudian kuketik lagi dua,tiga kalimat lalu kubaca namun terasa nggak nyambung akhirnya kuhapus semua. Aku berhenti sejenak dan mengandai-ngandai dalam khayalan.”Hmmp...seandainya aku seperti Andrea Hirata yach penulis tetralogi Laskar Pelangi, yang karyanya mendapat admire dari setiap orang yang membacanya dan karyanya menjadi best seller dalam negeri hingga kenegara tetangga. Atau aku seperti J.K. Rowling yang bisa menulis buku Harry Potter hingga tujuh seri udah gitu setiap serinya pada tebal-tebal lagi, We-Ow-We benar-benar hebat! Dan bagiku untuk bisa seperti mereka benar-benar khyalan tingkat tinggi dan menurutku hanya orang-orang dewasa saja yang bisa menulis cerita semenarik itu, dalam hal ini aku beranggapan kalau aku masih kecil wawasanku hanya selebar daun kelor itupun yang kurasakan masih kurang apalagi kalau daun kelornya dimakan ulat (ahh.. bercanda kok).
Cruuuut.......cruuuut.........cruuuut.......aduh perutku keroncongan. Aku baru ingat semalam aku lupa makan malam karena keasyikan baca novel elektronik setelah shalat Isya, mungkin itu juga yang membuatku malas beranjak dari tempat tidur untuk beraktivitas tadinya. Suara perutku benar-benar gaduh kuberharap semoga di dalamnya tidak ada slah satu dari kingdom animalia yaitu filum Vermes. Hmmm...kebetulan banget diwaktu yang bersamaan Nisa mengajakku pergi makan. Setelah makan, buru-buru aku kembali kekamar dan kembali mengutak-ngatik laptopku melanjutkan tugas yang tadi (menulis cerpen).
Ternyata setelah perut terisi (kenyang) inspirasi untuk menulis datang juga menyeruak dalam pikiran dan mengikuti sedikit tips dari someone spesial (menulis lepas) akhirnya kumulai menulis pembukaan cerpenku dan hanya dalam waktu dua puluh menit semuanya selesai kutulis, waktu yang singkat menurutku. Dan satu hal yang kusadari menulis itu tidak sesulit yang kubayangkan ketika kita memulainya lama-lama ide itu akan mengalir sendiri seperti air yang mengalir dan tergelincir dari tebing. Aku sangat bahagia cerpenku selesai tinggal memprintnya kemudian besok akan ku kumpul. Aku tersenyum puas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika ada pertanyaan atau sanggahan, teman-teman bisa mengisi kotak komentar ini. Mari budayakan berkomentar. Selain baik untuk blog sobat, baik juga untuk kesehatan kita :D