Diabetes

 

BAB I

DIABETES MELITUS

clip_image002[4]

Lingkaran biru, adalah simbol bagi diabetes mellitus, sebagaimana pita merah untuk AIDS.

A. PENGERTIAN

Diabetes mellitus (DM) (dari kata Yunani διαβαίνειν, diabaínein, "tembus" atau "pancuran air", dan kata Latin mellitus, "rasa manis") yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan diabetes mellitus adalah

keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.

Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang mirip dan komplikasi pada tingkat lanjut. Hiperglisemia sendiri dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.

B. PENYEBAB

Agar lebih memahami diabetes, sangat penting untuk terlebih dahulu memahami proses normal dari metabolisme makanan. Beberapa hal yang terjadi ketika makanan dicerna:

  • Gula atau yang disebut glukosa masuk kedalam aliran darah. Glokosa merupakan sumber bahan bakar utama bagi tubuh.
  • Organ tubuh yang disebut pankreas memproduksi insulin. Peranan dari insulin adalah mengangkut glukosa dari darah menuju otot, lemak, dan sel-sel hati, diamana kana digunakan sebagai bahan bakar.

Penderita diabetes memiliki kadar gula darah yang tinggi. Ini disebabkan karena pankreas tidak dapat memproduksi insulin ataupun otot, lemak dan sel-sel hati tidak merespon insulin secara normal. Ataupun kedua-duanya.

Sebuah analogi yang cukup pas menggambarkan hal ini disampaikan oleh Mistra dalam bukunya “3 Jurus Melawan Diabetes Mellitus”. Mistra menganalogikan hormon insulin sebagai sopir angkutam umum sebuah kota. Jika para supir angkutan kota mogok massal, orang-orang akan berkumpul ditepi jalan menanti jasa angkutan. Orang-orang (calon penumpang) ini diibaratkan sebagai gula dalam darah. Jika hormoninsulin tidak ada atau sedikit jumlahnya maka gula yang ada dalam drah tidak dapat terangkut sehingga menyebar diseluruh pembuluh darah.

Secara umum, asupan gula dalam darah disimpan dalam hati. Di sini diolah menjadi glikogen. Jika tubuh memerlukan, hati akan mengeluarkan dan mengolah kembali menjadi glukosa. Bagi orang normail, sebanyak apapun konsumsi gula tidak mengganggu organ tubuh.
Namun, tidak demikian bagi diabetesi. Jika buang air kecil, airnya agak kental dan terasa manis. Ini dikarenakan banyaknya gula yang berada dalam darah. Gula tersebut dibersihkan dan dikumpulkan dalam kandung kemih oleh ginjal.Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl.

Pembentukan diabetes yang utama adalah karena kurangnya produksi insulin (diabetes mellitus tipe 1, yang pertama dikenal), atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (diabetes mellitus tipe 2, bentuk yang lebih umum). Selain itu, terdapat jenis diabetes mellitus yang juga disebabkan oleh resistansi insulin yang terjadi pada wanita hamil. Tipe 1 membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan tipe 2 diatasi dengan pengobatan oral dan hanya membutuhkan insulin bila obatnya tidak efektif. Diabetes mellitus pada kehamilan umumnya sembuh dengan sendirinya setelah persalinan.

C. JENIS-JENIS DIABETES

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu tipe 1, tipe 2, dan diabetes gestasional (terjadi selama kehamilan).

1. Diabetes mellitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 — dulu disebut insulin-dependent diabetes (IDDM, "diabetes yang bergantung pada insulin"), atau diabetes anak-anak, dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".

Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l). Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan angka yang lebih rendah. seperti "frequent hypoglycemic events". Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hypoglycemia, dapat menyebabkan kejang atau seringnya kehilangan kesadaran.

2. Diabetes mellitus tipe 2.
Lebih umum ditemui daripada type 1 dan mencapai 90% atau lebih dari seluruh kasus diabetes. Biasanya terjadi di usia dewasa. Pada tipe-2 ini, pankreas tidak cukup membuat insulin untuk menjaga level gula darah tetap normal, seringkali disebabkan tubuh tidak merespon dengan baik terhadap insulin tersebut.Kebanyakan orang tidak menyadari telah menderita dibetes tipe-2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius. Diabetes type 2 sudah menjadi umum dialami didunia maupun di Indonesia, dan angkanya terus bertambah akibat gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga.

Diabetes mellitus tipe 2 — dulu disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM, "diabetes yang tidak bergantung pada insulin") — terjadi karena kombinasi dari "kecacatan dalam produksi insulin" dan "resistensi terhadap insulin" atau "berkurangnya sensitifitas terhadap insulin"(adanya defek respon jaringan terhadap insulin)yang melibatkan reseptor insulin di membran sel. Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Pada tahap ini, hiperglikemia dapat diatas dengan berbagai cara dan Obat Anti Diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulinpun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral (fat concentrated around the waist in relation to abdominal organs, not it seems, subcutaneous fat) diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, mungkin dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi glukosa. abdominal gemuk Adalah terutama aktip hormonally. Kegendutan ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan mendiagnose dengan jenis 2 kencing manis. Lain faktor boleh meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang ter]akhir [itu] telah terus meningkat mulai untuk mempengaruhi anak remaja dan anak-anak.

Diabetes tipe 2 boleh pergi tak ketahuan bertahun-tahun dalam suatu pasien [sebelum/di depan] hasil diagnosa [sebagai/ketika] gejala yang kelihatan adalah secara khas lembut atau yang tidak ada,, tanpa ketoacidotic, dan dapat sporadis.. Bagaimanapun, kesulitan yang menjengkelkan dapat diakibatkan oleh jenis tak ketahuan 2 kencing manis, termasuk kegagalan yang berkenaan dengan ginjal, penyakit yang vaskuler ( termasuk penyakit nadi/jalan utama serangan jantung), visi merusakkan, dan lain lain

Diabetes Tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (biasanya peningkatan), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan [[ antidiabetic drugs. [Sebagai/Ketika/Sebab] produksi hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang, lisan ( sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g., sulfonylureas) dan mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin), dan pada hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.

3. Gestational Diabetes Mellitus.
gestational diabetes mellitus, GDM  melibatkan kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, menirukan jenis 2 kencing manis di beberapa pengakuan. Terjadi selama kehamilan dan dapat sembuh setelah melahirkan. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.



GDM terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan secara penuh bisa perlakukan tetapi, tidak diperlakukan, boleh menyebabkan permasalahan dengan kehamilan, termasuk macrosomia ( kelahiran yang tinggi menimbang), janin mengalami kecacatan dan menderita penyakit jantung sejak lahir. Penderita memerlukan pengawasan secara medis sepanjang kehamilan.



Resiko Fetal/Neonatal yang dihubungkan dengan GDM meliputi keanehan sejak lahir seperti berhubungan dengan jantung, sistem nerves yang pusat, dan [sebagai/ketika/sebab] bentuk cacad otot. Yang ditingkatkan hormon insulin hal-hal janin boleh menghalangi sindrom kesusahan dan produksi surfactant penyebab hal-hal janin yang berhubung pernapasan. Hyperbilirubinemia boleh diakibatkan oleh pembinasaan sel darah yang merah. Di kasus yang menjengkelkan, perinatal kematian boleh terjadi, paling umum sebagai hasil kelimpahan placental yang lemah/miskin dalam kaitan dengan perusakan/pelemahan yang vaskuler. Induksi/Pelantikan mungkin ditandai dengan dikurangi placental fungsi. Bagian Cesarean mungkin dilakukan jika ditandai kesusahan hal-hal janin atau suatu ditingkatkan resiko dari luka-luka/kerugian dihubungkan dengan macrosomia, seperti bahu dystocia.



Diabetes Melitus menempati urutan ke-4 dalam ranking pembunuh manusia. Kongres Federasi Diabetes International tahun 2003 menyebutkan bahwa sekitar 194 Juta orang di dunia menderita penyakit ini. Di Indonesia sendiri tercatat 2,5 juta orang dan diperkirakan akan terus bertambah.



D. FAKTOR-FAKTOR .





Banyak faktor resiko diabetes, termasuk diantaranya:



  1. Ayah atau Ibu, saudara laki-laki atau perempuan yang menderita diabetes (faktor keturunan)
  2. Kegemukan
  3. Usia diatas 45 tahun
  4. Gestational diabetes atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 Kg
  5. Tekanan darah tinggi
  6. Angka Triglycerid (salah satu jenis molekuk lemak) yang tinggi
  7. Level kolesterol yang tinggi
  8. Gaya hidup modern yang cenderung banyak mengkonsumsi makanan instan.
  9. Perokok
  10. Stress


Asosiasi Diabetesi Amerika (ADA) merekomendasikan untuk melakukan pengecekan terhadap diabetes minmal setiap tiga tahun sekali bagi orang dewas. Untuk yang beresiko tinggi dianjurkan untuk lebih sering lagi.



E. GEJALA





Tanda-tanda Awal



  • Kerap kencing (siang dan malam)
  • Dahaga
  • Berat badan turun
  • Luka lambat sembuh


Komplikasi



  • Koma
  • Darah tinggi
  • Buta
  • Kerosakan buah pinggang
  • Penyakit jantung


Tiga serangkai yang klasik tentang gejala kencing manis adalah polyuria (banyak kencing), polydipsia (banyak minum) dan polyphagia (banyak makan). Gejala ini boleh kembang;kan sungguh puasa diset dicetak 1, terutama sekali di anak-anak ( bulan atau minggu) tetapi mungkin sulit dipisahkan atau dengan sepenuhnya absen & & mdash; seperti halnya mengembang;kan jauh lebih pelan-pelan & mdash; diset dicetak 2. Diset dicetak 1 [di/ke] sana boleh juga jadilah kerugian berat/beban ( di samping normal atau yang ditingkatkan makan) dan kelelahan yang tidak dapat diperkecil lagi. Gejala ini boleh juga menjelma diset dicetak 2 kencing manis di pasien kencing manis siapa adalah dengan kurang baik dikendalikan. Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke urine. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi).Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).



Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi.Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan. Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami penurunan berat badan.



Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam.Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius.



Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering kencing dan haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.



BAB 2



A. DIIT PENYAKIT DIABETES MELITUS




DM adalah suatu penyakit metabolik yang menyebabkan ganggu pada metabolisme hidrat arang, lemak, dan protein sebagai akibat kekurangan insulin.



Syarat – syarat diit DM :



· Energy diberikan sesuai dengan umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan.



· Proporsi hidrat arang terhadap energy tidak banyak berbeda dengan makanan anak sehat.



· Proporsi protein terhadap energy adalah 15-20 %



· Proporsi lemak terhadap energy adalah 20-25 %



· Cukup mineral dan vitamin.



· Cukup serat untuk memberikan rasa nyaman.



· Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang diberikan.



· Memberikan motivasi dan penyembuhan kepada anak dan orang tua.



Semua bahan makanan boleh diberikan dalam jumlah yang telah ditentukan, kecuali gula murni seperti yang terdapat pada :



1. Gula pasir, gula jawa.



2. Sirup, selai, jelly, minuman botol ringan (soft drink), es krim.



3. Kue-kue manis, dodol, bolu, cake, tarcis.



4. Permen, permen cokelat.



5. Abon, dendeng manis, sama sekali tidak boleh.



B. DABETES DAN PUASA.







Pasien yang cukup terkendali dengan pengaturan makan saja tidak mengalami kesulitan kalau berpuasa. Pasien yang cukup terkendali dengan obat dosis tunggal juga tidak mengalami kesulitan untuk berpuasa. Obat diberikan pada saat berbuka puasa. Untuk yang terkendali dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dosis tinggi, obat diberikan dengan dosis sebelum berbuka lebih besar daripada dosis sahur. Untuk yang memakai insulin, dipakai insulin jangka menengah yang diberikan saat berbuka saja. Sedangkan pasien yang harus menggunakan insulin (DMTI) dosis ganda, dianjurkan untuk tidak berpuasa dalam bulan Ramadhan.[2]



Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.





Tabel: Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl).



Bukan DM



Belum pasti DM



DM



Kadar glukosa darah sewaktu tidak puasa:


     

Plasma vena



<110



110 - 199



>200



Darah kapiler



<90



90 - 199



>200



Kadar glukosa darah puasa:


     

Plasma vena



<110



110 - 125



>126



Darah kapiler



<90



90 - 109



>110





C. APA YANG HARUS DILAKUKAN.





Penyakit ini tidak boleh sembuh tetapi boleh dikawal dengan mematuhi rawatan dan pengawalan diri yang betul. Kawalan yang baik boleh membantu anda hidup secara normal.





  • Memakan makanan seimbang


- Sesuai dengan umur dan pekerjaan, kekalkan berat badan yang sempurna.



- Elakkan makanan yang manis, masin dan berlemak.



- Lebihkan makanan berserabut.



Makanannya:


Jagung kuning dan beras merah.



Makanan pantangan:


Kurangi yang manis tapi jangan berhenti total agar tidak terkena sakit lever. Daging kambing/sapi/ kerbau, udang, kepiting, terasi, jeroan, lemak, pisang ambon, durian, air kelapa, sirup, lemon, buah manis seperti mangga, duku, rambutan, klengkeng dan anggur



  • Mematuhi


- Rawatan sepanjang hayat.



- Jumpa doktor selalu.



- Ketahuilah ubat-ubat anda.



- Menjaga kulit, kuku, hujung jejari



  • Bersenam selalu
  • Penjagaan diri


.



Banyak alat test gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli dibanyak tempat penjualan alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Chek, BCJ Group, Accurate, OneTouch UltraEasy machine. Bagi penderita yang terdiagnosa Diabetes Mellitus, ada baiknya bagi mereka jika mampu untuk membelinya.



BAB 3





Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu :



1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal



2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes.





A. PENGOBATAN DENGAN INSULIN.



Dilakukan pada penderita DM tipe 1 dan 2 bila terjadi komplikasi vaskuler atatu terdapat luka diabetic. Insulin tidak diberikan peroral karena didegradasi secara tepat dalam saluran cerna, umumnya diberikan secara sub kutan kecuali pada kasus darurat diberikan insulin regular secara IV.



Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan.Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.



Efek samping insulin dapat ringan berupa alergi.Sedangkan efek samping yang berat berupa keadaan hypoklikemi berat (syok hypoglikemia). Insulin dapat menimbulkan tachikardia, vertigo, kebingungan, diaphoresis (keringat banyak), sakit kepala, gelisah,takut,bicara tersendat, kulit dingin, kejang dan kadar gula <60 mg/dl. Pemberian gula secara oral atau IV meningkatkan pemakaian insulin dan gejala menghilang dengan segera.



clip_image005



Lokasi penyuntikan insulin yang disarankan.



B. PENGOBATAN DENGAN ANTI DIABETIK ORAL.





ADO digunakan pada DM tipe 2 yang tidak membaik hanya dengan diet. Pasien yang berespon adalah jika diabetesnya berkembang setelah berumur 40 tahun dan telah menderita DM kurang dari 5 tahun. Pasien yang sudah lama menderita DM membutuhkan kombinasi ADO dengan insulin untuk mengontrol hyperglikemianya. ADO tidak digunakan pada DM tipe 1.



a. Sulfonylurea, merangsang pelepasan insulin dari pancreas, mengurangi kadar glucagon dalam serum dan meningkatkan pengikatan insulin pada jaringantarget dan reseptor.Obat utama yang digunakan adalah tolbutamid ddengan dosis 0,5- 2 mg/hari serta turunanya glipisid 2X sehari 2,5-5 mg (maks 40 mg/hari) dan gliburid dengan dosis sehari 1-25,5 mg.



Sulfonylurea dapat menembus plasenta dan dapat mengosongkan insulin dari pangkreas janin, sehingga DM tipe 2 pada ibu hamil sebaiknya diobati dengan menggunakan insulin, bukan sulfonylurea.



Efek samping sulfonil urea hypoglikemia, gangguan hematologi seperti anemia aplastik, leukopeni dan trombositopenia. Bersifat fotosintesis dan mengiritasi lambung.



Aspirin, antikoagulan, anti konvulsi, sulfa dan beberapa NSAID meningkatkan kerja sulfonylurea. Sulfonylurea menurunkan efek pengganti tiroid tetapi meningkatkan efek diuretic tiasid, fenotiasin dan barbiturate. Alkohol dapat memperpanjang efek sulfonylurea.



b. Biguanida, berbeda dengan sulfonylurea karena tidak meningkatkan sekresi insulin, sehingga resiko hipoglikemia lebih kecil.



Metmorfin dapat digunakan tunggal atau dengan kombinasi dengan sulfonylurea. Metmorfin bekerja dengan mengurangi pengeluaran glukosa hati dengan penghambatan glukoneogenesis. Efek penting yang lain adalah menurunkan hiperlipidemia, pasien sering kehilangan berat badan.



Efek samping terutama gangguan saluran cerna dan dikontraindikasikan pada isufisiensi ginjal dan hati.Penggunaan jangka panjang dapat mempengaruhi penyerapan vitamin B 12.



c. Penghambat a-glukosidase, digunakan sebagai terapi tambahan pada DM tipe 2 yang memungkinkan dengan insulin.



Akarbose, menghambat alfa-glukosidase pada fili usus sehingga menurunkan absorbs starch dan disakarida. Akibatnya gula darah setelah makan meningkat tumpul.Akarbose tidak bersifat hipoglikemik. Digunakan tunggal pada DM dengan control diet atau dengan kombinasi ADO atau insulin.



Efek samping berupa gangguan saluran cerna, mual, perut kembung, kram abdominal dan diare.



C. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGGUNAAN OBAT



HIPOGLIKEMIK ORAL :





      1. Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan secara bertahap.
      2. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping obat-obat tersebut.
      3. Bila diberikan bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya interaksi obat.
      4. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral, usahakanlah menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal lagi,baru dipertimbangkan untuk beralih pada insulin.
      1. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada penderita lanjut usia, oleh sebab itu sebaiknya obat hipoglikemik oral yang bekerja jangka panjang tidak diberikan pada penderita lanjut usia.
      1. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh penderita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ada pertanyaan atau sanggahan, teman-teman bisa mengisi kotak komentar ini. Mari budayakan berkomentar. Selain baik untuk blog sobat, baik juga untuk kesehatan kita :D