Naskah Drana 8 orang

Drama action

Firdaus : Professor Sneap

Fachreza : Panglima Chou

Nurwisra Fauzi : agen FBI 1

Rifqah Auliya : agen FBI 2

Sri Nurfaidah : assisten panglima

Nila Ridhayani : Dr. Rin

Rihul Jannah : assisten Prof.

A.Nurul ana : FBI Techno

Pada tahun 2025,tersebutlah seorang professor yang sangat terkenal di negerinya. Dia bernama Prof. Sneap. Dia memiliki kejeniusan yang sangat luar biasa. Namun akung, watak dan moralnya tidak sejalan dengan Intelejensinya. Selama beberapa tahun belakangan ini, dia banyak menghabiskan waktunya di laboratorium, bergulat dengan sebuah penemuan barunya. “Senjata Biologis”, begitulah ia menyebutnya. Tak ada yang menyangka seorang inventor sejenius Prof. Sneap ternyata menciptakan senajata biologis nya hanya untuk

melancarkan Misi besarnya yaitu, menggulungkan tahta Panglima. Entah karena alasan apa.

Prof. Sneap : huaahaaahaa… tinggal selangkah lagi, akhirnya aku bisa menjatuhkan Panglima bodoh itu.

(tanpa sepengetahuan Prof. Sneap, sedari tadi dari sudut ruangan ada seseorang yang mengintai gerak-geriknya, dan kemudian.. PRAAAAAAKK….)

Prof. Sneap : Hey,siapa di sana?

Akhirnya muncul..

Rihul : Maaf Prof, aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya ingin mengantarkan ini. ( sambil menyodorkan sesuatu)

Prof. Sneap : (wajahnya tegang) Ya sudah, cepat keluar.

Rihul pun meninggalkan ruangan. Sementara itu wajah Prof. Sneap masih terlihat tegang, ia khawatir kalau-kalau Rihul sempat mendengar apa yang telah ia ucapkan tadi.

Rihuil : apa maksud dari perkataan Professor tadi ya?? Gumamnya.

Sementara itu di kediaman Echa, sedang berlangsung rapat umum. Tiba-tiba…

Nurva : Maaf Panglima, aku ingin berbicara sebentar. Ini hal penting.

Echa : ada hal penting apa?

Nurva : tadi aku menemukan ini di depan ruang kerja Panglima. Nampaknya, Ini surat ancaman buat panglima.

Echa : siapa yang berani melakukan ini? Dan untuk apa ia mengancamku?

Nurva : aku juga kurang tahu, panglima. Tapi kedengarannya, pemilik surat itu telah menyimpan dendam kepada panglima.

Echa :kalau begitu, segera hubungi FBI Fika dan FBI Isra, katakan bahwa panglima ingin menemuinya.

Nurva : baik, panglima.

Nurva pun menghubungi FBI Fika dan FBI Isra, dan meminta mereka untuk menghadap panglima secepatnya.

Keesokan harinya..

FBI Isra : ada apa panglima memanggil kami?

Echa : ada hal penting yang ingin aku bicarakan.

FBI Fika : apa itu?

Echa : jadi begini..

Echa menceritakan mengenai surat kaleng yang ditemukan Assistennya kemarin. Surat itu membuatnya merasa tidak tenang. Dengan panjang lebar Panglima pun mengutarakan isi surat kaleng yang ia terima kemarin. Di dalam surat itu, orang misterius itu berusaha mengancam Panglima agar segera turun tahta, jikalau dalam waktu 48 jam panglima belum melepaskan tahtanya, maka akan ada wabah yang akan datang melanda negeri tersebut. Hal ini benar-benar membuat panglima menjadi pusing memikirkannya.

FBI Isra : hmm,,benar-benar membingungkan.

FBI Fika : sebenarnya apa motif pelaku surat kaleng itu?

FBI Isra : sepertinya hanya ada satu. Tapi tunggu dulu, bisa kami lihat suratnya

Eca : iya, tunggu sebentar.

Tidak lama kemudian, Echa kembali dengan membawa surat itu, dan menyerahkannya kepada kedua agen FBI itu. Kemudian Echa meninggalkan mereka sebentar. Setelah membaca dan memerhatikan tulisannya kata demi kata. Tiba-tiba mata FBI Isra menjurus kearah ujung kanan bawah surat. Di situ secara samar tertulis sebaris kalimat semacam sandi.

FBI Isra : Fika, coba lihat ini. (menunjuk kearah tulisan)

FBI Fika : tulisan apa itu?

FBI Isra : ini semacam sandi rahasia yang harus dipecahkan.

FBI Fika : tunggu sebentar. Sepertinya itu kode khusus seorang ilmuwan. Seingat aku dalam literatur Prof. Smith, ada tulisan yang seperti itu.

FBI Isra : kau tahu apa maksudnya?

FBI Fika : aku tidak tahu pasti. Kita temui saja FBI Iwa.

Mereka bergegas meninggalkan tempat professor dan menuju markas FBI. Di sana mereka mendiskusikan mengenai sandi surat itu.

FBI Iwa : seingat aku, literature itu aku taruuuhh…ohh iya..ini dia.

FBI Fika : coba buka bagian kode khusus.

Sementara Iwa dan Fika mencari contoh kode nya, Isra menerima telepon dari Panglima. Sepertinya ada pembicaraan penting diantara keduanya. Beberapa saat kemudian…

FBI Fika : nah, Iwa, Lihat ini. Isra, mana suratnya?

(Isra merogoh sakunya dan mengeluarkan surat dan tetap melanjutkan pembicaraan di telepon)

FBI Iwa : iya.. tulisannya mirip. Tapi bagaimana cara memecahkannya?

FBI Fika : tenang, kita coba cara yang ini.

Fika dan Iwa pun berusaha memecahkan Kode itu dengan bantuan Literatur Prof. Smith. Sedikit demi sedikit kode itu mulai terpecahkan. Dan…

FBI Fika : akhirnya…

FBI Isra : bagaimana? Sudah ketemu?

FBI Iwa : Iya, kodenya sudah terpecahkan. Kalian harus segera menemui Panglima. Ini hal penting baginya.

FBI Isra : Kebetulan.. barusan ia menghubungi aku dan meminta kita untuk segera menemuinya.

Fika dan Isra segera menemui Panglima di tempatnya. Sesampainya di Istana, mereka langsung menghadap ke panglima dan menceritakan tentang kode rahasia yang telah mereka pecahkan.

Echa : bagaimana dengan kode rahasianya?

FBI Isra : kode rahasia itu sudah terpecahkan. Namun kami belum tahu pasti siapa nama pelakunya.

Echa : apa saja Informasi dari kode yang kalian dapatkan?

FBI Fika : di situ diterjemahkan, bahwa pengirimnya adalah seorang Ilmuwan hebat yang memilki kemampuan yang luar biasa, tapi ada satu yang tidak kami mengerti yaitu sebuah kata“

Echa : tapi, apa tujuannya menuliskan kode itu?

FBI Isra : sepertinya ada seseorang yang telah berkhianat kepada pengirim surat itu, yang sengaja menuliskan kode agar mudah dideteksi.

Echa : (berfikir, tidak lama kemudian…) tidak mungkin…tidak mungkin..

FBI Fika : ada apa?? Apa yang tidak mungkin?

Echa : kalau tidak salah dia adalah Professor Sneap.

FBI Isra : apa???(kaget) Professor yang terkenal itu?

Echa : yaa…sebenarnya dulu kami..

Echa pun mulai menceritrakan kisah masa lalunya dengan Prof. Sneap. Dulu, waktu mereka masih muda ternyata keduanya terlibat sebuah pertartuhan yang ternyata taruhan itu dimenangkan oleh Echa. Mungkin karena motif sakit hati, akhirnya persahabatan diantara keduanya menjadi renggang, dan Professor Sneap pun pergi menjauh entah kemana. Bertahun-tahun lamanya, akhirnya Professor Sneap pun muncul dengan tampilan yang baru. Kini ia menjadi Orang yang sangat terkenal, namun sangat angkuh, dia tidak lagi ingin menyapa Echa, sahabat lamanya karena dia masih merasakan sakitnya kekalahan. Dan mungkin atas dasar itulah iya mengirim surat kaleng tersebut.

FBI Isra : jadi begitu ceritanya.. sungguh kejam Prof. sneap itu.

FBI Fika : Jadi apa yang sebaiknya kami lakukan?

Di tengah keseriusan perbincangan panglima dengan kedua agen FBI itu, tiba-tiba datanglah Assisten Prof. Sneap dengan napasnya yang terengah-engah. Dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu.

Rihuil : (napas tersengal) maaf sebelumnya, aku mengganggu. Namun ini sangat penting, menyangkut nyawa rakyat negeri ini. Besok, tepat pukul 02.00 dini hari Professor Sneap akan melancarkan misi dengan senjata biologisnya di ….

Belum selesai Rihuil melanjutkan perkataannya, dengan secepat kilat sebutir peluru sudah bersarang di dada kirinya. Peluru itu datang dari arah Barat dan terlihat seorang yang mengenakan pakaian putih sedang berlari. FBI Isra pun segera mengejar orang itu. Namun ia tidak berhasil meringkusnya. Sementara itu Rihuil yang tengah terluka segera dilarikan ke RS. Pangkajene dan mendapatkan fasilitas perawatan gratis oleh Dr. Rin yang merupakan dokter Pribadi panglima.

Keesokan harinya…

Panglima : apa yang harus aku perbuat? FBI Fika, bagaimana dengan keadaan wanita itu?

FBI Fika : Ia belum siuman Panglima. Dan kata dr. Rin, kemungkinan wanita itu untuk sembuh sangat kecil dan sampai sekarang belum ada tanda-tanda kesadarannya.

Panglima : Apa? Ya Tuhan, bagaimana ini?(pelan)

FBI Isra : Panglima tidak usah terlalu panik. Kami akan sesegera mungkin mencari solusi dari permasalahan ini. Secepatnya kami akan mencari tahu lokasi peluncuran senjata biologi tersebut.

Panglima : baiklah, semuanya kuserahkan kepada kalian para agen FBI.

FBI Fika : Siap.

Di sisi lain, ternyata Prof. Sneap tengah bersiap meluncurkan aksinya dan ternyata sasaran utama sekaligus tempat peluncuran senjata biologis itu yaitu di kediaman Panglima (Istana Panglima). Setelah para agen FBI tersebut beranjak dari tempat tersebut, tanpa di ketahui bagaimana cara ia masuk, Prof. Sneap telah berada di dalam kediaman Panglima. Dr. Rin yang baru saja tiba di kediaman itu bertemu Prof. Sneap di depan kamar Panglima.

Prof. Sneap : hahaha….mampus kau panglima…(sesaat setelah menyuntikkan senjata biologis ke tubuh panglima).

dr. Rin : hei, siapa kau dan apa yang kau lakukan di sini? (kaget)

Prof. Sneap : kau tidak perlu tahu siapa aku dan apa tujuanku ke sini (menghadap ke Dr. Rin)

dr. Rin : Hah?? Kau…bukankah kau Prof. Sneap?

Prof. Sneap : iya, trus kenapa?? Dari mana kau tahu namaku?

dr. Rin : Huh, mungkin kau sudah melupakanku, tapi, aku tidak akan pernah melupakan mu?

Prof. Sneap : siapa kau sebenarnya?

dr. Rin : Aku Rin.masih ingat?

Prof. Sneap : tidak mungkin..tidak mungkin..Rin sudah mati.

dr. Rin : mungkin kamu menganggap aku sudah mati. Namun, Cairan kimia yang kau siramkan ke wajah ku, tidak sampai membuatku lenyap dari dunia ini. Untungnya ada seseorang yang datang menyelamatkan ku. Dia seorang agen FBI.

Prof. Sneap : ohh,, kebetulan sekali.. kalau dulu aku belum berhasil melenyapkanmu,. Sekarang tiba lah masamu.

Dr. Rin : Aku tidak takut dengan ancamanmu. Aku tau kau ke sini pasti ingin menyelakakan Panglima. Dan itu tidak boleh terjadi.

Prof. Sneap : berani sekali kau. Bersiaplah! (DoooRR….)

Tanpa berpikir panjang Prof. Sneap langsung menembak Dr. Rin dan kabur begitu saja.

Dalam keadaan sekarat, tiba-tiba telepon Dr. Rin berdering. Ia sudah tidak sanggup lagi mengangkatnya,

Ternyata orang yang menghubunginya adalah FBI Isra yang tidak lain adalah kekasih Dr. Rin. Karena khawatir dengan Dr. Rin, akhirnya FBI Isra memutuskan untuk kembali ke Istana.

FBI Isra : sepertinya aku punya firasat buruk, aku harus kembali ke istana. Tunggu aku di Markas, aku akan segera kembali.

FBI Isra pun segera menuju ke Istana. Wajahnya berubah panik setelah beberapa lama ia meneriakkan nama Dr. Rin, namun tidak ada jawaban. Begitu pula dengan panglima, yang tidak menyahut sekalipun. Ia kemudian bergegas menuju kamar panglima. Sesampanya di depan kamar panglima..

FBI Isra : astaga… Rin,, apa yang telah terjadi? Siapa yang melakukan ini?

Dr. Rin : Prof. Sneap….cepat selamatkan panglima..maafkan aku, Isra..(MATI)

FBI Isra : Rin….Rin…bangun…Tidaaaaaakkk…

Setelah kejadian itu FBI Isra segera melarikan Panglima ke rumah sakit. dan meminta FBI Fika dan assisten Panglima untuk menemaninya. FBI Isra yang berada dalam suasana duka sepeninggal Dr. Rin merasakan amarah dan duka yang berkecamuk di hatinya. Tanpa ada pertimbangan apapun, ia memutuskan untuk mencari Prof. Sneap dan berjanji akan membalas dendam akan kematian pacarnya itu. ..

Di rumah sakit

FBI Fika : kasian panglima…sampai sekarang pihak rumah sakit belum menemukan penawar virus yang telah menjalar di tubuhnya.

Nurva : iya,, aku sangat khawatir, keadaannya sangat kritis sekali. Semoga dia masih bisa bertahan

FBI Fika : mungkin aku harus menghubungi FBI Isra.

FBI Fika menghubungi FBI Isra. Ia bermaksud menanyakan tentang keberadaannya. Ternyata sekarang FBI Isra berada di suatu tempat yang disinyalir merupakan markas Prof. Sneap.

FBI Fika : iya,,tunggu… aku akan segera kesana.

FBI Fika bermaksud meninggalkan Panglima dan assistennya dan pergi menemui FBI Isra.

FBI Fika : Aku harus pergi sekarang. Aku percayakan Panglima kepada anda. Jaga dia baik-baik.

Nurva : Pasti.

Setiba di lokasi tempat Isra berada. FBI Fika menyaksikan Prof. Sneap yang hendak membidikkan senjatanya tepat ke arah FBI Isra. Namun FBI Isra tidak menyadari hal itu. FBI Fika kemudian berlari menyelamatkan FBI Isra.

FBI Fika : Awaaaaaaaaaaaasss…..arrghhhh..

Peluru yang ditembakkan Prof. Sneap tidak berhasil mengenai FBI Isra, namun peluru itu justru bersarang di tubuh FBI Fika, dan ia pun tewas seketika. FBI Isra pun membalas tembakan Prof. Sneap, dan akhirnya Prof. Sneap pun mati.

Di rumah sakit…

Ternyata tak ada yang menduga, Nurva, assisten Panglima memiliki niat jahat terhadap Panglima yang dipendamnya selama ini. Ia juga menginginkan tahta Panglima dan satu-satunya cara untuk merebutnya yaitu dengan membunuh Panglima. Nurva kemudian melepaskan alat bantu pernafasan yang digunakan Panglima. Beberapa menit kemudian, Panglima pun tewas di tempat.

Nurva : tenyata aku masih lebih jenius dari Prof. Sneap… Akhirnya negri ini bisa aku kuasai.

The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ada pertanyaan atau sanggahan, teman-teman bisa mengisi kotak komentar ini. Mari budayakan berkomentar. Selain baik untuk blog sobat, baik juga untuk kesehatan kita :D