(Cerpen) Sesali Awal

Hari ini tanggal 10 bulan Mei dan besok pastinya tanggal 11, tujuh belas tahun yang lalu lahir seorang anak laki-laki bernama Rendy. Bisa dibilang seseorang yang dua tahun lalu menjadi orang yang saya kagumi. Dia adalah kakak kelas saya waktu SMP.
Pada tahun 2007, tepatnya hari senin tanggal 19 dibulan November. Hari yang sangat dinanti-nanti untuk pengambilan nilai olahraga khususnya untuk renang, hari itu sangat dinanti karena hampir 3 kali rencana untuk pergi ke kolam renang Tazmania ditunda.
Setelah pulang sekolah saya langsung mengganti baju agar tidak terlambat. Setelah siap saya duduk di teras rumah menunggu teman-teman saya dengan kendaraan yang telah disewa untuk pergi ke kolam renang Tazmania. Tidak lama setelah saya duduk, Rendy bersama temannya lewat. Yah, dialah sosok yang saya kagumi. Sebenarnya teman-teman saya sudah pernah bilang kalau sebenarnya Rendy punya ”rasa” dengan saya, tapi saya selalu mengalihkan pembicaraan setiap kali teman saya berbicara masalah Rendy. Termasuk Yuka, sahabat saya yang juga sahabat Rendy itu selalu menyampaikan ”salam” Rendy dan jawaban yang selalu ia terima hanya diam. Terakhir saya hanya menjawab wa’alaikum salam. Yah, itulah saya.
Tidak lama setelah Rendy lewat, kendaraan yang disewa teman saya datang. Setelah sampai di kolam, saya melihat Rendy dan teman-teman saya sedang cerita di depan pintu masuk kolam. Saya hanya melihatnya dan tidak pernah terpikir oleh saya kalau mungkin besok saya tidak akan pernah melihatnya lagi. Setelah pulang dari kolam saya langsung mandi kemudian belajar. Tidak lama setelah saya belajar secara berturut-turut SMS dari Yuka, Fara, Rani, dan kak Arya masuk. SMS itu mengatakan kalau Rendy meninggal dalam kecelakaan sewaktu pulang dari kolam. Setelah membaca empat SMS itu saya tidak percaya sama sekali dan saya hanya berpikir kalau mereka hanya mengerjai saya. Tidak lama kemudian kak Arya menelepon.
”Ass. Rha meninggalki Rendy.”
”Seriuski Arya?”
”Iya seriuska’, sekarang lagi di rumahnyaka’ Rendy nunggu mobil jenazahnya ma yang lain.”
Setelah mendengar pernyataan kak Arya, air mata saya langsung mengalir deras. Saya tidak pernah percaya kalau ternyata saya tidak akan pernah melihatnya lagi. Malam itu saya hanya menangis. Menangis dan menangis.
Paginya, saya dan kakak saya Rama pergi ke sekolah. Setelah sampai di sekolah, Yuka menghampiri dan memeluk saya dengan air mata dipipinya.
”Rha nutauki yang terakhir nabilang Rendy ma saya?, yang terakhir nacerita ma saya?. Bilangki salamku ma rharha nah.”
Saya hanya menangis mendengar apa yang dikatakan Yuka. Saya tidak pernah menyangka kalau orang yang saya kagumi akan meninggal secepat itu.
Saya menyesal karena akhirnya saya sadar kalau ternyata rasa yang selama ini saya rasakan dengannya bukan hanya perasaan kagum melainkan perasaan takut kehilangan. Perasaan yang dirasakan hanya kepada orang yang kita cintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ada pertanyaan atau sanggahan, teman-teman bisa mengisi kotak komentar ini. Mari budayakan berkomentar. Selain baik untuk blog sobat, baik juga untuk kesehatan kita :D