(Cerpen) Friendship

Sahabat itu seperti bintang di Langit. Bintang yang akan selalu bersinar meski terkadang menghilang karena tertutup awan. Bintang yang tak dapat kita miliki tapi akan tetap ada untuk kita. Bintang yang kita tahu meski mungkin dia tidak mengetahui kita.
Aku mulai mengenal sosok sahabat saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, Bagiku Sahabat adalah sosok yang memiliki tempat khusus dihatiku selain keluargaku. Mereka selalu ada disaat suka dan dukaku.
Di Sekolah Menengah Pertama aku menemukan sahabat-sahabatku. Mereka adalah Afif, Gina, Icha, Firdha, Isty dan Tina.
Aku menjalani hidup bersama mereka, Mereka adalah bagian dari hidupku. Setiap hari kami melakukan berbagai aktifitas bersama, mendapat pelajaran dan pengalaman bersama, belajar mengerti satu sama lain, selalu bersama melalui suka dan duka tapi perselisihan juga tak luput dari kebersamaan kami namun kami menyadari bahwa kami saling membutuhkan.
Aku mengenal mereka sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, kami belajar disekolah yang sama sejak sekolah dasar hingga Sekolah Menengah Pertama, kebersamaan itu yang membuat kami merasa saling mengenal dan saling membutuhkan. Hingga pada suatu hari saat kami duduk di bangku kelas dua Sekolah Menengah Pertama kami membuat sebuah komunitas yang kami beri nama SAGIFTI.
Sagifti berawal dari sebuah kelompok belajar yang kemudian berkembang menjadi sebuah identitas khusus bagi kami yang membuat kami selalu bersama, kata Sagifti berasal huruf depan nama kami semua, S dari huruf depan namaku Sary, A dari huruf depan nama Afif, G dari huruf depan nama Gina, I dari huruf depan nama Icha, F dari huruf depan nama Firdha, T dari huruf depan nama Tina dan I dari huruf depan nama Isty.
Segala yang kami alami tak selalu indah kami juga mengalami perselisihan dan perbedaan pendapat bahkan tak jarang perbedaan pendapat itu yang membuat kami tak saling bicara.
Suatu hari kami tak saling bicara entah karena alasan apa hal itu terjadi. Aku merasa Sagifti menjauhiku, Aku merasa Sagifti jauh dariku, Aku merasa Sagifti tak membutuhkanku lagi. Kami sudah jarang berkumpul dan bermain bersama, kami sibuk dengan urusan kami masing-masing, hingga Aku merasa Sagifti sudah tak ada lagi.
***
“Muhammad Afifuddin” terdengar suara bapak guru yang sedang mengabsen siswa
“Hadir Pak !” jawab Afif tak semangat
“Sartini Safitri satir” lanjut bapak guru sambil mencari sosok yang ia panggil
“Hadir Pak” jawabku sambil mengacungkan tangan
Entah apa yang terjadi dengan kelasku hari ini, tak ada canda tawa yang menghiasi kelas kami, semuanya diam tanpa kata, sejak awal pelajaran pertama hingga bel istirahat berbunyi tak ada suara gemuruh yang terdengar.
“Sari !!!” terdengar suara Amma memanggilku
“Iya, kenapa ?” tanyaku heran karena ini adalah kali pertamanya ia memanggilku dengan suara keras di depan umum, padahal ia adalah tipe cewek yang sangat pendiam
“Gag apa-apa ! Cuma mau ke kantin bareng aja. Gag papa kan ?” jawabnya
“Yah jelas gag papalah, ya udah ayo cepetan ntar makanannya keburu habis !” ajakku
“Sagifti kenapa ?” tanyanya membuatku terkejut
“Hah Sagifti ? memangnya Sagifti kenapa ?” aku kembali bertanya
“Gag soalnya belakangan ini Sagifti dah gag pernah jalan bareng, dah gag pernah bikin heboh sekolah !” jelas Amma
“Ah enggak kok semuanya baik-baik aja ! mungkin belakangan ini memang jarang kumpul soalnya banyak tugas sih !” jawabku berusaha menutupi masalah yang sedang dihadapi Sagifti
“Dah gag usah ditutupin semua orang juga berpendapat gitu kok mereka sedih liat kalian gag bareng-bareng lagi” ungkap amma, kemudian menghetikan langkahku “Semua rindu liat kalian main bareng, ke kantin bareng, pulang sekolah bareng dan melakukan semuanya bereng !” lanjutnya.
Aku tak sanggup mendengar kata-kata Amma, Aku berlari meninggalkannya. “Amma memang benar, Aku juga merindukan kebersamaan Sagifti, Aku juga ingin berkumpul bersama mereka tapi aku tak tahu harus memulai semua itu dari mana !” ungkapku dalam hati.
***
“Diharapkan kepada seluruh siswa agar segera berkumpul di lapangan karena kita akan segera melaksanakan apel pagi !” terdengar suara bapak guru dari pengeras suara yang berada di setiap sudut sekolah.
Beberapa saat setelah suara bapak guru terdengar, terlihat seluruh siswa berlarian menuju lapangan sekolah. Apel pagi adalah kegiatan yang menjadi rutilitas khusus sekolah kami, diapel pagi bapak guru selalu memberikan arahan kepada seluruh siswa mengenai berbagai hal mulai dari seragam, kebersihan, kerapian, pembelajaran dalam kelas hingga konflik-konflik yang terjadi di sekolah. Hari ini apel pagi berjalan cukup singkat entah karena alasan apa bapak guru hanya membahas beberapa hal tanpa memperpanjang masalah.
“Sari !” teriak bapak guru memanggil namaku
“Ada apa pak ?” tanyaku khawatir, takut Aku telah melakukan sebuah kesalahan yang membuat bapak guru memanggilku.
“Tolong keperpustakaan sekarang, Bapak mau bicara !” ucap bapak guru membuatku semakin panik.
“Baik Pak !” jawabku singkat sambil mengikuti bapak berjalan menuju perpustakaan.
Setelah tiba di sana alangkah terkejutnya diriku saat melihat Afif, Gina, Icha, Tina, Firdha dan Isty telah tiba disana. Ternyata ini semua rencana bapak guru, Aku tak pernah menyangka Bapak akan berbuat seperti itu hanya untuk kami, hanya untuk Sagifti. Pertemuan itu adalah pertemuan kami semua setelah hampir sebulan tak pernah berkumpul kembali, awalnya aku takut untuk bertemu dengan mereka, aku takut mendapat perlakuan yang sama seperti biasanya oleh mereka, aku takut mengetahui kenyataan, tapi bapak membuatku yakin dan berani untuk bertemu dengan mereka.
“Apa yang sebenarnya terjadi dengan kalian ?” Tanya bapak guru memulai pembicaraan “Kenapa kalian tak saling bicara ? kalian seperti orang yang tak pernah saling mengenal !” lanjutnya
“Kami tak tahu Pak, kami juga merasa tidak nyaman dengan semua ini !”
“Lalu kenapa kalian tak pernak berkumpul lagi ? kenapa kalian tak pernah bersama ? kami semua merindukan kebersamaan kalian, kami ingin melihat kelucuan dan kekompakan kalian lagi bukan melihat kalian tak saling bicara.”
Kami hanya diam
“Kalian tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah kalian jika kalian hanya saling diam, jika kalian tak berusaha mencari penyebab dan solusi masalah kalian. Belajarlah untuk dewasa !” nasihat bapak
“Sari merasa mereka menjauhi Sari, Sari merasa mereka menjaga jarak dengan Sari , mereka tak peduli dengan Sari lagi !” ungkapku berusaha jujur kepada semuanya.
“Kami juga merasa Sari menjauhi kami, kami juaga merasa Sari tak peduli pada kami, kami kehilangan Sari yang dulu, Sari sibuk dengan urusan Sari, setiap kami mengajak Sari berkumpul Sari selalu sibuk dengan urusan Sari. Itu yang bikin kita semua gag mau ganggu Sari !” Afif mulai angkat bicara
“Sari minta maaf kalau Sari sibuk dengan urusan Sari tapi bukan berarti disaat Sari jauh kalian juga harus menjauh, justru disaat seperti itu Sari membutuhkan kalian, Sari tidak mungkin menyelesaikan semua urusan Sari tanpa kalian!” jelasku berusaha membela driku.
“Sari juga harus bisa mengerti kami, tidak selamanya kami harus selalu mengerti Sari !”
“Maaf..” hanya kata itu yang dapat ku ucapkan setelah mendengar perkataan Afif.
Aku sadar ternyata Aku salah, Aku mengambil kesimpulan dari satu sisi tanpa melihat sisi yang lain, Aku terlalu egois untuk mengakui bahwa Aku yang salah.
“Sekarang semuanya sudah jelas. Sebenarnya kalian saling membutuhkan tapi terlalu egois tuk meminta perhatian satu sama lain, kalian lebih memilih diam dibanding mengungkapkan apa yang kalian rasakan !” ucap bapak guru “Sekarang saya ingin melihat kalian bersama lagi, berkumpul lagi dan tak ada yang memendam masalah, kalian harus belajar jujur dan terbuka satu sama lain !”
Akhirnya kami berbaikan, segala kesalah pahaman yang terjadi selama ini akhirnya selesai dan akhirnya Aku tahu bahwa semua itu berawal dari keegoisanku, dari diriku yang selalu menilai dan menarik kesimpulan hanya dari satu sisi tanpa berusaha mencari kejelasan dari semua itu. Dari masalah itu Aku belajar bahwa hidup ini akan lebih berarti saat kita bisa mengerti orang lain bukan selalu ingin dimengerti.
Kini Sagifti kembali menjadi Sagifti yang dulu, Sagifti yang penuh canda tawa dan kebersamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ada pertanyaan atau sanggahan, teman-teman bisa mengisi kotak komentar ini. Mari budayakan berkomentar. Selain baik untuk blog sobat, baik juga untuk kesehatan kita :D